Rabu, 08 Januari 2014

PAUD zaman kini Vs PAUD zaman dulu ??
(¬-̮¬)"   (´_`)    ː̗̀(.)ː̖́      (̀_́)

PAUD sama ngga yaaa dengan PAPS ?
Yaaps !! PAUD ( PEndidikan Anak Usia Dini) dan PAPS (Pendidikan Anak Pra Sekolah)  merupakan suatu program pendidikan yang sama yaitu program pendidikan yang berupaya  melakukan pembinaan  terhadap anak berusia 0 tahun – 6 tahun.

Sejarah PAUD diawali dengan di bukanya sekolah Taman Kanak-kanak pertama di Jerman oleh Friederick Froebel (1837) yang kemudian dinobatkan sebagai Bapak TK.  
Dalam metode pengajarannya, Beliau menitikberatkan bahwa pendidikan PAUD perlu mengikuti sifat anak yaitu bermain, karena bermain merupakan suatu metode pendidikan dan cara dari anak untuk meniru kehidupan orang dewasa dengan wajar, sedangkan guru hanya bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan sehingga anak menjadi  kreatif dan dapat menyumbangkannya ke masyarakat.
Juga terdapat beberapa tokoh lain yang berperan dalam berdirinya PAUD seperti  John Dewey (Amerika) dan Montesorri.

Di Indonesia juga ada Ki Hajar Dewantara yang ide-idenya banyak di pengaruhi oleh Frobel dan Montessori. Namun, Ki Hajar Dewantara lebih menekankan pada budi pekerti  yang menanamkan nilai, martabat kemanusiaan, nilai moral, watak yang hingga akhirnya membentuk manusia yang berkepribadian dan melalui  sistem among (Ing ngarso sing tulodo , Ing madya mangun karso,  Tut wuri handayani ).
Di Indonesia Undang-Undang yang mengatur PAUD terdapat di dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1898 tentang  Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 Ayat 2 menyebutkan bahwa pendidikan anak prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin seumur hidup.
Namun dengan adanya pembaharuan UU yang menangani PAUD di Indonesia, didapatlah definisi PAUD yang tertuang di dalam UUNo. 20 Th 2003 yang isinya  PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)  ADALAH “SUATU UPAYA PEMBINAAN YANG DITUJUKAN KEPADA ANAK SEJAK LAHIR SAMPAI DENGAN USIA 6 TAHUN YANG DILAKUKAN MELALUI PEMBERIAN RANGSANGAN PENDIDIKAN UNTUK MEMBANTU PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JASMANI DAN ROHANI AGAR ANAK MEMILIKI KESIAPAN DALAM MEMASUKI PENDIDIKAN LEBIH LANJUT” .
Pelaksanaan PAUD ini bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
 • Formal :  Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain sederajat
• Non formal : Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain sederajat
• Informal : Pendidikan Keluarga atau Pendidikan yang Diselenggarakan oleh Lingkungan

Pendapat mengenai PAUD zaman sekarang :
Jika dilihat melalui cara atau  metode pelaksanaannya, PAUD zaman sekarang tidak berbeda dengan PAUD zaman dulu. MEngapa ??? Karena PAUD zaman sekarang juga masih ada yang bersifat formal , non formal, dan informal.


Namun, jika di lihat dari segi pemberian pembelajarannya sudah pasti jauh berbeda dari PAUD yang dulu.
1.   Teknologi
Tidak jarang PAUD zaman sekarang yang sudah menggunakan media tegnologi dalam proses belajar mengajarnya berbeda dengan PAUD dahulu , dimana proses pembelajaran mereka lebih ditekankan pada kemandirian seperti bermain pasir, mandi bola, puzzle, dan sebagainya.
2.  Penggunaan Bahasa
Karena zaman yang semakin canggih, maka pennggunaan bahasa bilingual juga di dukung sangat kuat di masa pendidikan sekarang ini.  Jadi juga banyak sekolah-sekolah penyelenggara PAUD yang menggunakan metode 2 bahasa (Bilingual ) ini untuk penyesuaian terhadap zaman.
Oleh karena itu, terdapat beberapa sisi positif dan negatif dari cara pembelajaran PAUD zaman kini.
Ditinjau dari sisi positif , otomatis anak-anak yang diajari menggunakan teknologi dan bahasa bilingual di awal akan lebih mudah nantinya untuk terjun dalam dunia globalisasi kelaknya.
Namun dari sisi negative, melihat cara pendidikan PAUD sekarang yang terkesan jauh dari kemandirian karena semuanya sudah diatur oleh guru, sedangkan zaman dahulu anak-anak masih dibebaskan untuk bermain pada masa ini sehingga mereka dapat menciptakan gaya bermain mereka sendiri dengan teman-temannya dan itulah yang dapat membentuk karakter si anak untuk mudah cemplung dalam dunia sosial ( masyarakat).

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DIKALANGAN MAHASISWA

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DIKALANGAN MAHASISWA
Karakter adalah sifat yang di bawa oleh tiap individu, yang setiap orang memiliki karakter masing-masing. Pengertian karakter lebih mengarah pada moral dan budi pekerti seseorang, tentunya yang bersifat positf.
Karakter seorang individu terbentuk sejak dia kecil karena pengaruh genetik dan lingkungan sekitar. Proses pembentukan karakter, baik disadari maupun tidak, akan mempengaruhi cara individu tersebut memandang diri dan lingkungannya dan akan tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah salah satu sumber daya yang penting.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menanamkan dan membentuk sifat atau karakter yang diperoleh dari cobaan, pengorbanan, pengalaman hidup, serta nilai yang ditanamkan sehingga dapat membentuk nilai intrinsik yang akan menjadi sikap dan perilaku peserta didik. Nilai-nilai yang ditanamkan berupa sikap dan tingkah laku tersebut diberikan secara terus-menerus sehingga membentuk sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan tersebut akan menjadi karakter khusus bagi setiap individu.
Sebenarnya pendidikan karakter ini telah didapatkan sejak dari kecil mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, serta dalam lembaga pendidikan, di sekolah misalnya siswa sudah dibekali dengan nilai nilai Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, yang didalamnya sudah mencangkup nilai nilai pendidikan karakter.Namun ternyata itu semua belum cukup tanpa diprektekan dalam kehidupan sehari hari.
Lingkungan dan keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan karakter, sudah semestinya kedua orang tua menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak dini, baik dari perkataan maupun perilaku sehari hari, contohnya sejak kecil seorang anak dididik untuk selalu menghormati kedua orang tuanya, mengucapkan salam saat pulang ke rumah. Maka selanjutnya akan menjadi kebiasaan yang baik dan disinilah terjadinya pembentukan karakter yang positif, yang senantiasa terus berkembang ditambah dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat seperti mengaji, kerjabakti dan berbagai bentuk pengembangan diri dalam lembaga pendidikan.
Berbagai pembelajaran serta pengalaman pengalaman tersebut akan melekat pada jati diri seseorang sehingga terbentuklah suatu karakter dalam setiap individu sehingga tercipta sikap, perilaku, dan karakteristik yang mencerminkan kepribadiannya

Jadi bagi mahasiswa, sangat penting untuk mendapatkan pendidikan karakter, hal ini bertujuan untuk memperkuat akhlak dan sifat terpuji bagi peserta didik (dalam hal ini mahasiswa). Karena kepandaian di bidang pendidikan saja belum cukup tanpa bekal moral dan karakter yang kuat. Agar saat mahasiswa terjun di masyarakat nanti tidak terjadi penyalahgunaan ilmu yang di pelajari selama sekolah.
Seperti kita lihat sekarang ini, dimana orang-orang pandai malah menyalahgunakan kepandaiannya untuk melakukan tindak pidana seperti korupsi atau menjadi teroris. Kalau saja mereka memiliki karakter dan budi pekerti yang kuat, tentu hal itu tidak akan terjadi. Jadi untuk alasan kebaikanlah maka perlu di tekankan pentingnya pendidikan karakter bagi mahasiswa.
Oleh karena itu kita harus merubah karakter kita menjadi karakter sukses. Karakter sukses adalah bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan, tidak pernah mengeluh apapun resikonya yang kita hadapi. Karena untuk beberapa tahun kedepan yang dibutuhkan adalah orang-orang yang memiliki karakter yang baik.
Kesimpulan
Pendidikan karakter penting bagi pertumbuhan individu menjadi manusia yang seutuhnya dan sebaiknya dilakukan sejak dini. Namun bukan berarti jika pendidikan dasar belum mengakomodasi pendidikan karakter, perguruan tinggi juga merasa tidak perlu untuk
menyelenggarakannya. Penting bagi perguruan tinggi untuk tidak hanya memperhatikan
kebutuhan kompetensi akademis mahasiswa, tapi juga pembinaan karakternya agar lulusan
menjadi lulusan yang siap secara akademis dan berkarakter baik.